Rabu, 20 Juni 2012

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


PENDAHULUAN

Keluarga, mesjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mutlak diperlukan disuatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu diharapakn dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman. 
Pembahasan lembaga pendidikan Islam tidak hanya berhenti di definisi dan contoh lembaga pendidikan Islam saja, namun pembahasan lembaga pendidikan Islam sangat luas yaitu berkisar pada prinsip-prinsip, tanggung jawab, dan tantangan lembaga pendidikan Islam Dalam Transformasi Sosial Budayapun menjadi pembahasan ruang lingkup lembaga pendidikan Islam ini.




















PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
            Lembaga adalah bakal dari sesuatu, asal mula yang akan menjadi sesuatu, bakal, bentuk, wujud, rupa, acuan, ikatan, badan atau organisasi yang mempunyai tujuan yang jelas terutama dalam bidang keilmuan[1]
 Lembaga pendidikan yaitu suatu wadah pendidikan yang dikelola demi mencapai hasil pendidikan yang diinginkan[2].
            Badan pendidikan sesungguhnya termasuk pula dalam alat-alat pendidikan, jadi badan/ lembaga pendidikan yaitu organisasi atau kelompok manusia yang karena sesuatu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan agar proses pendidikan dapat berjalan dengan wajar.
            Lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah, atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam, lembaga pendidikan itu mengandung konkirit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma- norma dan peraturan- peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri[3].

B.     PRINSIP-PRINSIP LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
1.   Prinsip Pembebasan Manusia dari Ancaman Kesesatan yang Membawa Manusia pada Api Neraka.
            Dijelaskan dalam (QS At tahriim : 6)
$pkšr'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#þqè%ö/ä3|¡àÿRr&ö/ä3Î=÷dr&ur#Y$tR
     Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.

 2.  Prinsip Pembinaan Umat Manusia Menjadi Hamba-Hamba Allah yang Memiliki Keselarasan dan Keseimbangan Hidup Bahagia di Dunia dan di Akhirat.
            Dijelaskan dalam (QS Al Baqarah : 201)
Oßg÷YÏBur`¨BãAqà)tƒ!$oY­/u$oYÏ?#uäÎû$u÷R9$#ZpuZ|¡ymÎûurÍotÅzFy$#ZpuZ|¡ym$oYÏ%urz>#xtãÍ$¨Z9$#
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
 3.Prinsip Pembentukan Pribadi Manusia yang beriman dan Kaya dengan Ilmu Pengetahuan
Dijelaskan dalam (QS Al Mujaadilah : 11)
  $pkšr'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#þqãZtB#uä#sŒÎ)Ÿ@ŠÏ%öNä3s9(#qßs¡¡xÿs?ÎûħÎ=»yfyJø9$#(#qßs|¡øù$$sùËx|¡øÿtƒª!$#öNä3s9(#sŒÎ)urŸ@ŠÏ%(#râà±S$#(#râà±S$$sùÆìsùötƒª!$#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïèø9$#;M»y_uyŠ4ª!$#ur$yJÎ/tbqè=yJ÷ès?׎Î7yz
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
C.     TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
1. Rumah Tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia sekolah. Pendidiknya adalah orang tua, sanak kerabat, dan saudara-saudara.
2. Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang profesional.
3. Kesatuan Sosial, yaitu pendidik tertier yang merupakan pendidikan yang terakhir tetapi bersifat permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan, adat- istiadat, suasana masyarakat setempat[4].

D.    JENIS-JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
1.    Keluarga
Dalam Islam, keluarga dikenal dalam istilah usra, nasl,’Ali, dan nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak, cucu), perkawinan (suami, isteri), persusuan dan pemerdekaan.
            Secara umum, kewajiban orang tua pada anak-anaknya adalah sebagai berikut:

a.             Mendoakan anak-anaknya dengan doa yang baik (QS AL Furqan:74)
tûïÏ%©!$#uršcqä9qà)tƒ$oY­/uó=yd$oYs9ô`ÏB$uZÅ_ºurør&$oYÏG»­ƒÍhèŒurno§è%&úãüôãr&$oYù=yèô_$#uršúüÉ)­FßJù=Ï9$·B$tBÎ)
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa
.
b.            Memelihara anak dari api neraka (QS At tahriim:6)
$pkšr'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#þqè%ö/ä3|¡àÿRr&ö/ä3Î=÷dr&ur#Y$tR
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

c.             Menyerukan shalat pada anaknya (QSTaha:132)

öãBù&ury7n=÷dr&Ío4qn=¢Á9$$Î/÷ŽÉ9sÜô¹$#ur$pköŽn=tæ(Ÿwy7è=t«ó¡nS$]%øÍ(ß`øtªUy7è%ãötR3èpt6É)»yèø9$#ur3uqø)­G=Ï9
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa
.
d.            Menciptakan kedamaian dalam rumah tangga (QS An Nisa’:128)
ÈbÎ)urîor&zöD$#ôMsù%s{.`ÏB$ygÎ=÷èt/#·qà±çR÷rr&$ZÊ#{ôãÎ)Ÿxsùyy$oYã_!$yJÍköŽn=tæbr&$ysÎ=óÁãƒ$yJæhuZ÷t/$[sù=ß¹4ßxù=Á9$#ur׎öyz3ÏNuŽÅØômé&urÚ[àÿRF{$#£x±9$#4bÎ)ur(#qãZÅ¡ósè?(#qà)­Gs?ur cÎ*sù©!$#šc%x.$yJÎ/šcqè=yJ÷ès?#ZŽÎ6yz
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.


e.             Memberi nafkah yang halal (QS Al Baqarah:233)
öNä.ät!$|¡ÎSÓ^öymöNä3©9(#qè?ù'sùöNä3rOöym4¯Tr&÷Läê÷¥Ï©((#qãBÏds%urö/ä3Å¡àÿRL{4(#qà)¨?$#ur©!$#(#þqßJn=ôã$#urNà6¯Rr&çnqà)»n=B3̍Ïe±o0uršúüÏZÏB÷sßJø9$#
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman
.
f.             Mendidik anak agar berbakti pada ibu/ bapak (QS An nisa’:36)
*(#rßç6ôã$#ur©!$#Ÿwur(#qä.ÎŽô³è@¾ÏmÎ/$\«øx©(Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur$YZ»|¡ômÎ)ÉÎ/ur4n1öà)ø9$#4yJ»tGuŠø9$#urÈûüÅ3»|¡yJø9$#urÍ$pgø:$#urÏŒ4n1öà)ø9$#Í$pgø:$#urÉ=ãYàfø9$#É=Ïm$¢Á9$#urÉ=/Zyfø9$$Î/Èûøó$#urÈ@Î6¡¡9$#$tBurôMs3n=tBöNä3ãZ»yJ÷ƒr&3¨bÎ)©!$#Ÿw=Ïtä`tBtb%Ÿ2Zw$tFøƒèC#·qãsù
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabildan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

2.           Masjid
Mesjid adalah “tempat untuk bersujud[5]”, namun dalam arti terminologi, mesjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktifitas ibadah dalam arti yang luas[6].
Pendidikan Islam tingkat pemula lebih baik dilakukan dimesjid sebagai lembaga pengembangan pendidikan keluarga, sementara itu dibutuhkan suatu lingkaran (lembaga) dan ditumbuhkannya.
mesjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan[7]. Dengan menjadikan lembaga pendidikan dalam mesjid, akan terlihat hidupnya sunah-sunah Islam, menghilangnya bid’ah-bid’ah yang jelek, mengembangnya hukum-hukum Allah SWT, serta menghilangnya stratifikasi rasa dan status ekonomi dalam pendidikan.
Oleh karena itu, mesjid merupakan lembaga kedua setelah pendidikan keluarga. Implikasi mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
a.      Mendidik anak untuk taat beribadah kepada Allah SWT.
b.      Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga negara.
c.      Memberikan rasa ketenteraman, kekuatan dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, keberanian kesadaran, perenungan, optimisme dan mengadakan penelitian.

3.    Pondok Pesantren
Kehadiran kerajaan Bani Umaiyah menjadikan pesatnya ilmu pengetahuan, sehingga anak-anak masyarakat Islam tidak hanya belajar di mesjid tetapi juga pada lembaga-lembaga yang ketiga, yaitu “Kuttab” (pondok pesantren). Kuttab ini dengan karakteristik khasnya merupakan wahana dan lembaga pendidikan Islam yang semula sebagai lembaga baca dan tulis dengan sistem halaqoh.
Pada tahap berikutnya Kuttab mengalami perkembangan pesat , karena di dukung dana dari iuran pendidikan dari masyarakat, serta adanya rencana-rencana yang harus dipatuhi oleh pendidik dan anak didik.
Di Indonesia istilah Kuttub lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat seorang Kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana mesjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian, ciri-ciri pondok pesantren adalah adanya Kiai, santri, mesjid dan pondok.
Tujuan terbentuknya pondok pesantren adalah :
a .      Tujuan Umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat melalui ilmu dan amalannya.


b.      Tujuan Khusus
Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. Sebagai lembaga yang tertua, sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat nonklasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan metode pengajaran wetonan dan sorogan. Di Jawa Barat, metode tersebut diistilahkan dengan “bendungan” sedangkan disumatra digunakan istilah “halaqoh”.
a).      Metode Wetonan (Halaqoh)
Metode yang di dalamnya terdapat seorang kiai yang membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama lalu santri mendengar dan menyimak bacaan kiai. Metode ini dapat dikatakakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif.
b).      Metode Sorogan
Metode yang santrinya cukup pandai men-sorog-kan (mengajukan) sebuah kitab kepada kiai untuk dibaca dihadapannya, kesalahan dalam bacaannya itu langsung dibenarkan oleh kiai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar individual.

4.      Madrasah
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam muncul dari penduduk “Nisapur” tetapi tersiarnya melalui menteri Saljuqi yang bernama “Nizam Am-Mulk” yang mendirikan madrasah Nizomiyah (th 1065). Selanjutnya Gibb dan Krames menuturkan bahwa pendiri madrasah terbesar setelah Nizam Al-Mulk adalah Shalahuddin Al-Ayyuni.
Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam setidak-tidaknya mempunyai empat latar belakang, yaitu :
a.             Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam.
b.            Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren kearah suatu sistem pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum.
c.             Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri yang terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka.
d.            Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional yang dilakukan oleh pesantren disistem pendidikan modern dari hasil akulturasi.

E.     TANTANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRANSFORMASI NILAI
Transformasi nilai berarti modifikasi dalam setiap aspek proses sosial budaya, pola sosial budaya, bentuk-bentuk sosial budaya. Perubahan ini bersifat progresif dan regresif, berencana dan tidak, permanen dan sementara, undirectional dan multidirectional, menguntungkan dan merugikan.
Bentuk-bentuk transformasi nilai dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Evolusi Sosial (Sosial Evolution)
Perkembangan gradual, yaitu perkembangan wajar karena adanya kerja sama yang harmonis antara manusia dan lingkungannya. Perubahan ini dibedakan atas :
a.       Evolusi Kosmis (Cosmis Evolution), yaitu perubahan alamai yang tumbuh berkembang, mundur lalu pudar.
b.      Evolusi Organis (Organic Evolution), yaitu perubahan untuk mempertahankan diri dari kebutuhannya dalam lingkungan yang berkembang.
c.       Evolusi Mental (Mental Evolution) yaitu menyangkut perubahan pandangan dan sikap hidup.
2.      Gerakan Sosial (Sosial Mobility)
Suatu keinginan akan perubahan yang diorganisasikan karena dorongan masyarakat ingin hidup dalam keadaan yang lebih baik dan lebih cocok dengan keinginannya.
3.      Revolusi Sosial (Sosial Revolution)
suatu perubahan paksaan yang umumnya didahului oleh ketidakpuasan yang menumpuk tanpa pemecahan dan analisis, sehingga jurang antara harapan dan pemenuh kebutuhan menjadi semakin lebar tak terjembatani.
Bentuk-bentuk tantangan yang dihadapi dalam pendidikan Islam adalah :
a.      Politik
Kehidupan politik khususnya politik negara banyak berkaitan dengan masalah cara negara itu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan kehidupan bangsa jangka panjang. Suatu lembaga pendidikan yang tidak bersedia mengikuti politik negara, akan mendapatkan tekanan (presure) terhadap cita-cita kelembagaan dari politik tersebut.
b.      Kebudayaan
Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad modern saat ini tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa lain. Kondisi semacam ini menyebabkan proses akulturasi, yaitu faktor nilai yang mendasari  kebudayaannya sendiri sangat menentukan keeksistensian kebudayaan tersebut. Dalam menghadapi hal yang tidak diinginkan, dibutuhkan sikap kreatif dan wawasan pengetahuan yang dapat menjangkau masa depan bagi eksistensi kebudayaan dan kehidupannya.
c.       Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Teknologi sebagai ilmu terapan merupakan hasil kemajuan kebudayaan manusia, yang banyak bergantung pada manusia yang menggunakannya, dan lembaga pendidikan kita dituntut agar mampu mendasari teknologi tersebut dengan norma-norma agama sehingga hasil teknologi manusia berdampak positif bagi kehidupan.
d.      Ekonomi
Ekonomi merupakan tolak punggung kehidupan bangsa yang dapat menentukan maju mundurnya suatu proses pembudayaan bangsa. Perkembangan ekonomi banyak diwarnai oleh sistem pendidikan, demikian sebaliknya. Di sini pendidik dituntut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat, sehingga diadakan “ekonomi penddikan” sebagai perencanaan pendidikan dalam sektor ekonomi.
e.   Masyarakat dan Perubahan Sosial
Perubahan yang terjadi dalam sistem kehidupan sosial sering kali mengalami ketidakpastian tujuan serta tak terarah tujuan yang disepakati. Di sinilah pendidik sebagai pengarah yang rasional dan konstruktif, sehingga problem-problem sosial dapat dipecahkan mengingat lembaga pendidikan Islam sebagai lembaga kemasyarakatan yang berfungsi sebagai “agen sosial of change”.
f.      Sistem Nilai
Sistem nilai dijadikan tolak ukur bagi tingkah laku manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi pengendali, namun sekarang perubahan itu menghilangkan nilai tradisi yang ada, lembaga pendidikan di sini sangat diperlukan karena salah satu fungsi lembaga pendidikan yaitu mengawetkan sistem nilai yang telah dikembangkan oleh masyarakat.










PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi, dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lembaga pendidikan Islam itu adalah suatu wadah, atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam.Lembaga pendidikan Islam itu diantaranya adalah Keluarga, mesjid, pondok pesantren dan madrasah.Adapun prinsip-prinsip lembaga pendidikan Islam diantaranya yaitu :Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang membawa manusia pada api neraka.
Lembaga pendidikan Islam mempunyai tantangan-tantangan yang harus dihadapi, yaitu dalam bidang Politik, Kebudayaan, Iptek, Ekonomi, Masyarakat dan Perubahan Sosial, serta Sistem Nilai, dan semua itu harus dinetralisir agar dapat jalan beriringan dan saling mendukung di antara keduanya.























DAFRAT PUSTAKA
1.      Drs. Ahmad D. Marimba, 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al-Ma’arif. cet. Ke I.
2.      Drs.Muhaimin, MA. –Drs. Abd.Mujib, 1993.Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung : PT. Trigenda Karya, cet. Ke I
3.      Prof.Drs. H. Ramaijulis, 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, cet. Ke VI.
4.      Tim Prima Pena, tth. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ttp : Gita Media Press.
5.      Van Hoeve,tth.Ensiklopedi Inonesia, Jakarta : PT. Ikhtiar Baru, cet. Ke VI



















[1] KBBI
[2] Ensiklopedi Indonesia
[3] Secara Terminologi
[4] Sidi Kazablah
[5] Harfiah
[6] Terminologi
[7]Al-Abdi dalam bukunya Al- Madkhal