MAKALAH
FAKTOR –
FAKTOR PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: Nurhidayah, M. Si
Disusun Oleh:
1. Ismiati 2104158
2. Siti Fatimah 2103970
3. Taufik
Hidayat 2103973
4. Muhammad Syaeful
Abdulloh 2103958
Program Studi:Pendidikan Agama
Islam
Semester : II/D
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(STAINU)
Kebumen
TERAKREDITASI
(B)
Alamat: Jl. Tentara Pelajar No. 55B. Telp. (0278) 385902 Kebumen 54316
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ” FAKTOR–FAKTOR PENDIDIKAN ” dengan lancar. Dalam penulisan
makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Nurhidayah,
M. Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan, dan semua
pihak yang telah membantu selesainya penyusunan makalah ini.
Kami sadar bahwa sebagai manusia tentu mempunyai
kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mohon
maaf apabila dalam pnyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Kebumen, April 2011
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................. i
KATA
PENGANTAR
.............................................................................. ii
DAFTAR
ISI
............................................................................................ iii
BAB I
PENDAHUAN ............................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
........................................................................... 2
1.
PENGERTIAN
FAKTOR PENDIDIKAN .………………….... 2
2.
MACAM-MACAM
FAKTROR PENDIDIKAN .........................
A.
Peserta Didik
................................................................... 3
B.
Tujuan
.............................................................................. 4
C.
Materi .............................................................................. 5
D.
Alat .................................................................................. 7
3.
HUBUNGAN TIMBAL
BALIK
ANTARA FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN
........................
PENUTUP
.............................................................................................. 9
DAFTAR
PUSTAKA
.............................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pergaulan antara orang dewasa dengan
anak, mungkin saja anak mencapai sesuatu kemampuan yang sama dengan apa yang
diharapkan orang dewasa ( anak mencapai sesuatu
yang sesuai dengan tujuan pendidikan), padahal dalam pergaulan tersebut
orang dewasa tidak memiliki tujuan agar anak dapat mencapainya. Misal :
Guru sewaktu mengajar selalu berpakaian bersih dan rapi. Siswa A yang tadinya
tidak memperhatikan kebersihan dan kerapian pakaianya, dengan melihat gurunya
tadi menirunya sehingga selalu berpakaian besih dan rapi. Dalam pengandaian
ini, apabila guru tersebut di atas selalu berpakaian bersih dan rapi sewaktu
mengajar hanya karena kebiasaanya saja, dan tidak secara sengaja berniat atau
bertujuan untuk memberikan teladan kepada para siswanya dalam hal kebersihan
dan kerapian dalam berpakaian, maka situasi atau perbuatan guru tadi bukan alat
pendidikan, melainkan faktor pendidikan.
BAB II
FAKTOR PENDIDIKAN
1.
Pengertian Faktor pendidikan
Faktor pendidikan yaitu suatu
tindakan/perbuatan atau situasi yang tidak disengaja diadakan oleh orang dewasa/pendidik
untuk mencapai tujuan pendidikan, tetapi berakibat anak sampai pada “hasil yang
sama” dengan apa yang diharapkan atau sama dengan tujuan pendidikan.
2.
Macam-macam Faktor Pendidikan
A.
Peserta Didik
Peserta Didik adalah anak yang karena ketergantungannya
menimbulkan tanggung jawab pendidikan pada orang dewasa, sehingga secara
disengaja orang dewasa memberikan bantuna ke arah kedewasaan.
Karakteristrik
Peserta Didik
a.
Peserta didik adalah subjek.
Peserta didik adalah
manusia, bukan benda atau pun hewan, karena itu Peserta didik harus dipandang
sebagai subjek, yaitu pribadi yang memiliki pendirian sendiri, dan kebebasan
dalam mewujudkan dirinya sendiri, setiap Peserta didik memiliki keinginan untuk
mencapai kedewasaannya. Setiap Peserta didik bebas menentukan dirinya sendiri,
setiapa Peserta didik memiliki keinginan untuk menjadi orang dewasa seperti
yang dicita-citakan oleh dirinya sendiri. Selain itu, Peserta didik bersifat “unik”,
artinya memiliki perbedaan dengan anak yang lainnya. Perbedaan ini berkenaan
dengan aspek fisiknya seperti postur tubuhnya, dsb., maupun aspek non fisiknya
seperti kemampuan belajar, cita-cita, hobi, dsb. Dengan demikian tidaklah benar
jika Peserta didik dipandang sebagai “objek”. Artinya tidak benar apabila Peserta
didik dipandang sebagai sasaran yang dapat diperlakukan semau gue atau
semena-mena oleh pendidiknya sebagai halnya benda.
b.
Peserta didik sedang berkembang.
Manusia berada dalam perkembangan
menuju kedewasaanya. Hasil riset psikologi menunjukan adanya “ tahap-tahap perkembanga”
manusia. Setiap perkembangan memiliki “ tugas-tugas perkembangan” tertentu, dan
menuntut “perlakuan” tertentu pula. Sehubungan dengan itu setiap anak Peserta
didik yang berada pada tahap perkembangan tertentu menuntut perlakuan tertentu
pula dari orang dewasa terhadapnya. Apa yang harus dikembangkan pada anak didik
di SD tentu berbeda dengan apa yang harus dikembangkan pada anak didik di TK.
Perlakuan pendidik terhadap anak TK juga mesti berbeda dengan perlakuan
pendidik bagi SD, dsb., apalagi dengan perlakuan terhadap orang dewasa.
1
c.
Peserta didik hidup dalam “dunia” tertentu.
Selain dari pada
perkembangan tertentu, setiap manusia hidup dalam dunianya sesuai tahap
perkembangannya, jenis kelaminnya, dll. Misal : Siswa SD memiliki dunianya
sendiri, mereka tentu hidup sesuai dengan dunianya yang berbeda dengan dunia
murid TK, dunia siswa SMA dan dunia orang dewasa. Demikian pula anak laki-laki
tentunya berbeda dengan dunia perempuan. Tahap perkembangan dan dunia anak ini
tentunya memberikan implikasi yang serius dalam pendidikan. Anak tidak boleh dipandang sebagai”miniaturorang
dewasa”, anak bukanlah orang dewasa mini. Anak didik harus diperlakukan sesuai
dengan ke-anak-annya sesuai dengan dunia-nya.
d.
Peserta didik hidup dalam lingkungan tertentu
Peserta didik adalah subjek
yang berasal dari keluarga dengan latar belakang lingkungan alam dan sosial
budaya tertentu. Oleh karena itu, anak didik akan memiliki karakteristik
tertentu sebagai akibat pengaruh lingkungan di mana ia dibesarkan atau dididik.
Karakteristik ini mungkin berkenaan dengan status sosialnya, budayanya,
agamanya, dll. Dalam praktek pendidikan, pendidik perlu memperhatikan dan
memperlakukan anak didik dalam konteks lingkungan alam dan sosial budayanya
.
e.
Peserta didik memiliki ketergantungan kepada orang dewasa.
Peserta didik pada dasarnya
memiliki ketergantungan kepada orang dewasa atau pendidik. Hal ini karena
mempunyai kekurangan dan kelemahan tertentu. Ketergantungan anak kepada orang
dewasa itu tampak dalam “ketidakberdayaan”-nya pada saat ia dilahirkan,
dan kelemahan atau kekurangannya dibanding orang dewasa. Anak masih memerlukan
perlindungan, anak masih perlu belajar berbagai pengetahuan, perlu latihan
berbagai keterampilan, anak belum tahu tentang mana yang benar dan mana yang salah,
yang baik dan yang tidak baik, tentang antisipasi kebutuhan di masa depannya
dsb. Di balik kebebasannya untuk mewujudkan dirinya sendiri dalam rangka
mencapai kedewasaan, anak masih memerlukan bantuan orang dewasa.
2
A.
Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan adalah salah satu unsur pendidikan
berupa rumusan tentang apa yang harus dicapai peserta didik, yang berfungsi
sebagai pemberi arah bagi semua kegiatan pendidikan.
a.
Jenis Tujuan Pendidikan
Menurut M.J. Langeveld (1980) terdapat enam jenis tujuan
pendidikan yaitu :
1.
Tujuan Umum ( tujuan
lengkap, tujuan total atau tujuan akhir)
Tujuan
Umum
merupakan tujuan yang menjadi sumber bagi tujuan lainnya. Semua manusia ingin
mencapai tujuan tersebut yakni manusia dewasa/kedewasaan atau menjadi manusia. Tujuan
umum ini dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan khusus
2.
Tujuan Khusus
(pengkhususan dari tujuan umum)
Tujuan
Khusus merupakan
penjabaran/pengkhususan dari tujuan umum yang dirumuskan berdasarkan asas atau
prinsip sebagai berikut :
ü Usia,
bakat, dan jenis kelamin peserta didik.
ü Kemungkinan-kemungkinan
yang ada pada keluarga dan alam sekitar anak didik.
ü Tujuan
kemasyarakatan bagi si peserta didik.
ü Kesanggupan-kesanggupan
yang ada pada pendidik
ü Tugas
bangsa dan manusia pada waktu dan tempat tertentu.
Sehubungan dengan prinsip
atau asas pengkhususan tujuan umum diatas, maka tujuan umum pedidikan yang sama
bagi semua orang ( yaitu kedewasaan) akan mempunyai isi tujuan khusus yang
bervariasi. Contoh : tujuan pendidikan nasional suatu bangsa berbeda dengan tujuan
pendidikan nasional bangsa lainnya. Tujuan pendidikan bagi anak laki-laki
mungkin berbeda dengan tujuan anal perempuan. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar
akan berbeda dengan tujuan Taman Kanak-kanak, dsb.
3.
Tujuan Insidental
Tujuan
Insidental adalah tujuan yang menyangkut suatu peristiwa khusus.
Tujuan isidental jauh hubungnnya dengan tujuan umum, namun demikian tujuan
insidetal tetap terarah juga kepada pencapaian tujuan umum. Contoh : sebelum
jam belajar dimulai, anak-anak bermain di pintu gerbang SD. Dengan tujuan
anak-anak tersebut tidak menhalangi atau tidak mengganggu orang lain yang akan
melewati pintu gerbang, maka guru melarang anak-anak tersebut bermain di pintu
gerbang. Agar tidak masuk angin anak-anak dilarang berlama-lama bermain
diair,dsb.
3
4.
Tujuan Sementara/Tujuan
Tentatif
Tujuan
Sementara atau Tujuan Tentatif ialah tujuan yang terdapat pada
langkah-langkah pencapaian tujuan umum, atau yang merupakan “tempat berhenti
dalam perjalanan” dalam rangka pencapain tujuan umum. Setiap tujuan sementara
ini erat hubungannya dengan masa perkembangan anak. Contoh : dalam rangka
mencapai tujuan umum pendidikan, maka akan terdapat tujuan sementara seperti;
agar anak dapat berjalan; agar anak dapat berbicara; agar anak bisa hidup
bersih, dll.
5.
Tujuan Tak Lengkap
Tujuan
tak lengkap adalah tujuan pendidikan yang hanya berkenaan dengan
salah satu aspek kemampuan atau dimensi kehidupan. Contoh ; agar anak mampu
menyebutkan urutan bilangan; agar anak hapal membaca do’a sebelum makan; tujuan
mata pelajaran bahasa inggris,dll. Masing-masing contoh tujuan tersebut
tidaklah lengkap dalam arti tidak mencakup keseluruhan aspek yang harus
dikembangkan pada diri anak didik.
6.
Tujuan Intermedier
Tujuan
Intermedier adalah tujuan pendidikan yang apabila menjadi alat atau
jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan lainnya yang luas atau lebih tinggi
tingkatanya. Contoh: Di TK, anak diharapkan mampu menyebutkan urutan bilangan
dan menuliskan angka. Tujuan ini akan menjadi perantara untuk kemudian anak
mampu berhitung. Belajar berhitung bisa dilakukan di SD. Tujuan ini juga
menjadi perantara agar anak nantinya diharapkan mampu menyelesaikan berbagai
permasalahan yang berkenaan dengan perhitungan matematika, statiska, dsb.. yang
pada akhirnya diharapkan secara mandiri anak mampu memecahkan persoalan
perhitungan dalam kehidupannya. Demikian halnya, tujuan pendidikan taman
kanak-kanak merupakan perantara/jembatan bagi tujuan pendidikan Sekolah Dasar;
tujuan pendidikan Sekolah Menengah Dasar; tujuan pendidikan Sekolah dasar
merupakan perantara bagi tujuan pendidikan Sekolah Menengah, dan seterusnya.
B.
Materi Pendidikan
Pendidikan
merupakan upaya sadar atau sengaja yang diberikan oleh pendidik kepad anak
didik agar mencapai kedewasaan. Karena itu selain harus mempunyai dasar dan
tujuan pendidikan yang jelas, pendidik tentunya harus pula memilih isi
pendidikan bagi anak didiknya. Sebagai pengganti kata anak didik, pendidik
harus mampu memilij materi pendidikan atau pengaruh yang tepat dalam rangka
membantu anak menuju kedewasaan.
4
Secara
umum ada tiga unsur yang perlu di pertimbangkan dalam rangka menetapkan materi
pendidikan, yaitu :
Tujuan pendidakan,
Anak didik, dan
Lingkungan anak
didik.
Meteri
pendidikan harus ditetapkan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan, sebab
materi pendidikan harus dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan yang hendak
dicapai. Karena tujuan pendidikan berisi tentang gambaran manusia ideal yang
harus dicapai anak didik, maka materi pendidikan hendaknya meliputi gambaran
manusia ideal tersebut, baik berkenaan dengan kesehatannya, potensi-potensinya,
individualitas, sosialisasi, keberbudayaan, keberagamaan dll.
Ada
berbagai hal yang perlu dipertibangkan untuk menetapkan materi pendidikan dalam
hubungannya dengan anak didik. Hal yang dimaksu antara lain :
(1) Tahap dan tugas
perkembangan anak didik.
(2) Kematangan anak
didik.
(3) Keunikan anak didik.
(4) Tingkat kesukaran dan
kekompleks-annya.
Hasil
kajian psikologi menunjukan bahwa anak didik berada pada tahap perkembangan
tertentu, dan harus mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan tertentu pula
pada setiap tahap perkembangannya. Adapun untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan tersebut, anak memerlukaan perlakuan tertentu dari orang dewasa
yang menjadi pendidiknya. Salah satunya adalah perlakuan berkenaan dengan materi
pendidikan yang harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Hal ini perlu
diperhatikan, sebabnya bahwa anak yang belum mampu melaksanakan tugas-tugas
perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya, akan mengalami hambatan dalam
melaksanakan tugas-tigas perkembangan berikutnya. Sebaliknya jika materi pendidikan melampaui perkembangan anak, maka
hal ini akan menimbulkan efek negatif yang tidak diharapkan terjadi
pada diri anak didik.
Materi pendidikan harus
disesuaikan dengan kematangan anak didik.
Ibarat besi yang telah dipanaskan, besi tersebut akan mudah dibentuk. Anak yang
telah matang untuk belajar sesuatu, ia akan mudah mempelajarinya. Dengan
demikian, anak akan memdapatkan kemudahan dalam upayanya (seperti dalam
belajar,dsb) untuk mencapai tujuan pendidikan. Apabila dilihat dari sudut
pandang pendidik, hal itu berarti bahwa anak akan mudah dididik.
5
Keunikan anak didik
mengiplikasi perlunya materi pendidikan disesuaikan dengan tingkata kemampuan
belajar (bakat) anak didik, jenis kelamin anak didik, dunia anak didik, dan
lain sebagainya. Materi pendidikan yang melebihi kemampuan belajar anak didik
akan sulit dipelajari anak didik atau bahkan tidak dapat dikuasai anak didik.
Lingkungan dimana anak didik berada perlu dipertimbangkan dalam rengka
menetapkan materi pendidikan, artinya bahwa materi pendidikan hendaknya dipilih
dan disesuaikan dengan konteks lingkungan alam dan lingkungan sosial-budaya
dimana anak didik berada. Perlu diperhatikan bahwa lingkungan anak didik akan
dapat dijadikan suber belajar atau sumber belajar atau sumber untuk
bereksplorasi bagi anak; dalam lingkungan sekitar anaka didik akan terdapat
berbagai jenis permaninan yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu. Dipihak lain, anak didik pun perlu
mengenal lingkungan alamnya, perlu bersosialisasi di dalam masyarakatnya,
berenkulturasi dalam kebudayaan masyarakat dll. Sebaliknya, orang tua dan
masyarakat pun memiliki nilai-nilai tertentu, merekan mempunyai harapan untuk
menjadi siapa anak-anak merekan nantinya, dsb. Dengna demikian, maka diharapkan
agar materi pendidikan itu relevan dengan kebutuhan anak dan lingkungannya.
Materi pendidikan hendaknya
ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan dan kekompleks-annya. Anak
akan mudah belajar apabila dimulai dari hal-hal yang mudah menuju kepada hal
yang sulit. Selain itu, anal akan mudah belajar apabila dimulai dari hal-hal
yang sederhan menuju kepada hal-hal yang kompleks.
C.
Alat Pendidikan
Alat
pendidikan. Materi pendidikan dipilih dan diarahkan
pendidik untuk untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pergaulannya dengan anak
didik untuk mencapau tujuan pendidikan, pendidik tentu menggunakan alat
pendidikan. Adapun yang dimaksud alat pendidikan adalah “ suatu tidakan
atau perbuatan atau situasi, yang dengan sengaja diadakan oleh pendidik untuk
mencapi suatu tujuan pendidikan”(M.J. langeveld, 1980:29). Contoh : penciptaan
situasi yang kondusif untuk pembelajaran, teladan, tugas, hukuman, ganjaran
dll. Yang secara sengaja dilakukan guru untuk
membantu anak didik agar mencapai tujuan pendidik.
Alat
Bantu Pendidikan. Dalam pengertian diatas, alat pendidikan
berkenaan dengan situasi dan/atau tindakan guru yang disengaja dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan, karena itu perlu dipahami bahwa buku-buku, papan
tulis, OHP,gedung sekolah,dll. Yang bersifat kebendaan yang sengaja diadakan
oleh pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan bukanlah alat pendidikan
melainkan dikatagorikan sebagai alat bantu pendidikan (M.J. Langeveld,
1980:35).
6
Alat pendidikan seharusnya
dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Makna pernyataan itu kiranya mudah dipahami, sebab biar bagaimanapun alat
pendidikan dipilih dan diguakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Berbagai alat pendidikan
yang tersedia (teladan, wejangan, peritah, larangan, hukuman, dsb). Hendaknya
dipilihn dan dugunakan dengan mempertimbangkan karakteristik pendidik yang
menggunakannya dan anak didik yang dikenai tindakan dengan menggunakan alat pendidikan
tersebut.
Alat pendidikan hendaknya
dipilih dan digunakan dengan mempertimbangkan diri pendidik yang akan
menggunakannya. Pendidik yang memilih dan menggunakan alat pendidikan yang
tidak sesuai karekteristik pribadinya. Andaikan saja guru menggunakan larangan
atau hukuman, seperti melarang atau mengukum anak didik yang datang telambat di
dalam kelas, sementara pendidik sendiri masih sering datang terlambat dalam
kelas, maka bukankah anak didik akan medapat giliran melarang dan menghukum
pendidiknya?
Alat pendidikan hendaknya
dipilih dan digunakan dengan mempertimbangkan anak didik yang akan dikenai alat
pendidikan tersebut. Suatu alat pendidikan hendaknya dipilih dan digunakan
dengan mempertimbangkan karaktersistik anak didik. Pendidik perlu bertanya :
alat pendidikan mana yang cocok digunakan untuk anak didiknya? Selain itu juga
mempertimbangkan berbagai kemungkinan efek positif dan efek negatif yang
mungkin terjadi pada diri anak didik, apabila suatu alat pendidikan digunakan.
Pilih dan gunakalah alat yang paling tepat.
Menurut pandangan Fenomenal
( M.J. Langeveld, 1980:47-62) terdapat lima syarat penggunaan alat pendidikan
dalam hubungannya dengan tujuan pendidikan atau kepentingan anak didik, yaitu :
(1) Perlindungan.
(2) Kesepahaman.
(3) Kesamaan
arah dalam pikiran dan perbuatan.
(4) Perasaan
bersatu,
(5) Berdiri
sendiri.
Atas dasar kasih sayangnya
pendidik melindungi anak didik. Perlindungan ini baik berkenaan aspek jasmaniah
maupun rohaniah agar anak didik tidak sampai berbuat atau mendapatkan suatu
yang merugikan dirinya sendiri. Karena itu pendidik diharapkan menggunakan alat
pendidikan untuk “ melidungi anak didiknya” bukan untuk kesenangan pendidik
apalagi untuk memuaskan nafsu. Demi melindungi anak didik, bentuk alat
pendidikan yang mungkin digunakan anatara lain: Pembiasaan, larangan, perintah,
atau suruhan, menciptakan dan menegakkan tata tertib, membiarakan anak
menyelidiki sesuatu, dsb.
7
Anak didik pada dasarnya
ingin menjadi dewasa dan karena itu disadari maupun tidak disadari ia ingin
menjadi seperti orang dewasa (pendidik). Karena itu dalam pendidikan perlu
diciptakan adanya “ kesepahaman” antara anak didik dengan pendidiknya. Demi
kepentingan ini alat pendidikan yang dapat digunakan antara lain : memberikan
teladan, memberikan contoh tentang sesuatu, menyuruh meniru perbuatan,
memperlihatkan tentang bagaimana suat diperbiat, mengikutsertakan anak dalam
suatu kegiatan, menjelaskan, menunjukkan, melarang, menghambat agar sesuatau
tidak diperbuat anak didik,dll.
Selain hak tersebut diatas,
dalam pendidikan perlu adanya ” kesamaan arah pikiran dan perbuatan” antara
pendidik dan anak didik, maupun kesamaan pikiran dan perbuatan dalam diri anak
didik itu sendiri. Karena itu apabila kesepahaman telah tercapai melalui
penggunaan berbagai alat pendidikan seperti telah dikemukakan terdahulu,
selanjutnya anak didik perlu diikut sertakan dalam kehidupan orang dewasa.
Dalam hal ini anak didik perlu diberi kesempatan untuk turut bertanggung jawab,
mendorong anak agar makin mau memikul tanggung jawab ( bahkan hal tertentu
mungkin diberi tanggung jawab penuh), serta mengamati berbagai hal berhubungan
dengan kepentingan sendiri. Demi tujuan itu maka dapat digunakan alat
pendidikan berupa: perencanaan bersama, penyampaian motif dan tujuan dari
perbuatan atau kegiatan, dibuat perjanjian, pemberian tugas atau suruhan
(misalnya menyimpan barang pada tempatnya, dsb.) anak diingatkan pada tanggung
jawabnya, pada janjinya (anak dituntut tepat janji dan taat aturan), untuk itu
mungkin perlu dipergunakan larangan atau hukuman.
Selain itu ia mendapatkan
perlindungan, memiliki kesepahaman, dan kesamaan arah pikiran dan perbuatan,
anak didik juga perlu memiliki “ perasaan bersatu” yang menjadi dasar bagi
hubungan sosialnya ( hidup bermasyarakat) seperti kasih sayang, kepercayaan,
kesetiaan, sifat timbal balik atau saling memberi, dsb. Untuk kepentingan itu,
alat pendidikan yang dapat digunakan pendidik antara lain dengan memperlihatkan
atau membuktikan kepada anak didik adanya kasih sayang, dapat dipercaya,
kesetiaanm sikap ramah, sifat timbal balik,dsb. Dalam kehidupan sehari-hari
pendidik “menciptakan situasi”: agar anak didik mengalaminya dalam berbagai
kegiatan sehari-hari baik dirumah maupun diluar rumah; agar anak tirut
mengalami motif dan alasan bertindak yang dianut orang dewasa, dll. Dengan
demikian anak dibimbing dan diarahkan ke alam orang dewasa.
Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan semua alat pendidikan sebagaimana telah dikemukakan di atas adalah
bahwa alat pendidikan itu digunakan dan diarahkan agara menjadi dewasa atau
mampu “berdiri sendiri, bertanggung jawab, dan beradaptasi positif dalam
kehidupan”.
8
a.
Hubungan timbal balik antara faktor-faktor pendidikan
Pengaruh Sekolah Terhadap
Masyarakat
Dalam hal pengaruh sekolah terhadap
masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas tidaknya serta kualitas out put
pendidikan (sekolah) itu sendiri. Semakin besar out put sekolah tersebut dengan
disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak suber daya manusia (
human resources) yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat
positif bagi masyarakat. Sebaliknya meskipun lembaga pendidikan mampu
mengeluarkan out putnya tapi dengan SDM yang rendah secara kualitas, itu juga
jadi masalah, tidak saja bagi out put yang bersangkutan, tetapi berpengaruh
juga bagi masyarakat.
Dengan demikian, bila lembaga pendidikan
dimaksud mempu melahirkan produk-produknya yang berkualitas, tentu saja hal ini
merupakan investasi bagi penyediaan SDM. Investasi ini sangat penting untuk
pengembangkan dan kemajuan masyarakat, sebab manusia itu sendiri adalah subjek
setiapa perkembangan, perubahan dan kemajuan di dalam masyarakat.
a.
Pengaruh Masyarakat Terhadap Sekolah
Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu
tentang keterkaitan masyarakat dengan pendidikan adalah sangat erat dan saling
mempengaruhi. Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang baik,
maju. Modern ,ialah masyarakat yang didalamnya ditemukan suatu tingkat
pendidikan yang baik, maju dan modern pula., dalam wujud lembaga-lembaganya
maupun jumlah dan tingkat pendidikan yang terdidik. Dengan perkataan lain,
suatu masyarakat yang maju karena adanya penddika yang maju, baik dalam arti kualitatif maupun
kuantitatif, pendidikan yang modern ditemuken dalam masyarakat yang modern
pula. Sebaliknya masyarakata yang kurang memperhatikan pembinaan pendidikan,
akan tetap terkebelakang, tidak hanya dari segi intelektual,tapi juga dari segi
sosial kultural.
b.
Pegaulan dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
1.
Pergaulan dalam keluarga
Umumnya keluarga terdiri
dairi ayah, ibu dan anak dimana masing-masing anggota keluarga tersebut saling mempengaruhi,saling
membutuhkan, semua meladeni seorang dan seorang meladeni semua. Anak
membutuhkan pakaian,makanan bimbingan dan sebagaimana dari orang tua membutuhkan
rasa kebahagiaan dengan kelahiran anak. Anak makin besar dibutukan tenaga dan
pikirannya untuk membantu orang tua, lebih-lebih bila orang tua makin tidak
berdaya karena usia tua dan sering terganggu kesehatannya.
9
Orang tua mempunyai peranan
pertama dan utama bagi anak-anaknya selama anak belum dewasa dan mampu
berdiri-sendiri. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, maka orang tua harus memberi teladan yang baik
karena anak suka mengimitasi keda orang yang lebih tua atau orang tuannya.
Dalam memberikan sugesti kepada anak tidak dengan cara otoriter melainkan
dengan sistem pergaulan sehingga dengan senang anak akan melaksanakannya.
Biasanya anak laki-laki terhadap anak ayahnya sementara anak perempuan dengan
ibunya. Antara anak dengan orang tua ada rasa simpati dan kekaguman.
2.
Pergaulan dalam Sekolah
Sebagi lembaga pendidika
formal, sekolah terdiri dari pendidik dan peserta didik, antara mereka sudah
barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru dengan
murid-muridnya maupun atara murid dengan murid.
Guru-guru sebagai pendidik,
dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai peserta didik ke arah
kedewasaan. Memanfaatkan pergaukan sehari-hari dalam pendidika adalah cara yang
paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka
hilanglah jurang pemisah antara guru dan peserta didik.
Hubungan murid dengan murid
juga menunjukan suasana dedukatif. Sesama murid saling berkawan, berolahraga
bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan di ajak,
saling bercerita, saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan
teman sepergaulannya. Hubungan murid dengan murid ini adakalanya sederajat dan
adakalanya lebih randah atau lebih tinggi kedewasaannya. Dalam hal ini bisa
terjadi adanya pergaulan sehari-hari yang berpengaruh negatif maupun pengaruh
positif. Pergaulan yang berpengaruh positif inilah yang mengandung adanya
gejala-gejala pendidikan dan tentu saja terus dikontrol diarahkan.
3.
Pergaulan dalam masyarakat
Masyarakat merupakan
perwujudan kehidupan bersama manusia,di mana di dalam masyarakat berlangsung
proses kehidupan sosial, proses antara hubungan dan antaraksi. Didalam
masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula keseluruhan
proses perkembangan.
Dalam konteks pendidikan,
lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah
yang membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat dan sikap kesusilaan,
kemasyarakatan dan keagamaan anak. Dimasyarakatlah anak melakukan pergaulan
yang berlangsung secara informal baik dari para tokoh masyarakat pejabat atau
penguasa, para pemimpin agama dan sebagainya.
10
Pergaulan sehari-hari antara
anak dengan anak lainnya dalam masyarakat juga ada yang setaraf dan ada yang
lebih dewasa di bidang tertntu. Teguran anak yang lebih dewasa, terhadap anak
yang nakal, yang jorok, yang melakukan perbuatan-perbuatan berbahaya dan
sebagainya. Sesama kawan berkumpul untuk bercerita, bermain dengan disiplin,
tukar menukar pengalaman, dan sebagainya yang kesemuanya itu tidak terlepas
dari kandungan gejala pendidikan. Sebab pendidikan disini diartikan sebagai
gejala usaha untuk dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
4.
Kewibawaan dalam Pergaulan
Dalam proses pendidikan,
kewibawaan adalah syarat bagi pendidik dan digunakannya kewibawaan untuk
membawa anak didik ke kedewasaan, maka kewibawaan termasuk dalam alat
pendidiakan.
Salah seorang tokoh
pendidik, Langeveld menyatakan bahwa pendidikan yang sungguh-sungguh baru dapat
diberikan setelah anak mengenal akan kewibawaan, kira-kira annak berumur tiga
tahun. Sebelum umur tiga tahun anak seperti diberi semacam paksaan atau
dressur. Tetapi paksaan – paksaan yang diberikan kepada anak yang masih sangat
kecil itu ditujukan kepada kedewasaan anak. Maka paksaan yang diberikan kepada
anak yang masih kecil sekali tersebut dengan pendidikan pendahuluan, bukan
dressur atau paksan.
Adanya pergaulan menyediakan
kemungkinan sebagai lapangan pendidikan dan di dalam pergaulan ini anak dapat
bersikap kritik terhadapa perbuatan orang dewasa dan sebaliknya orang dewasa
dapat mengkriktik peniruan anak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Meichati,
siti, pengantar ilmu pendidikan, FIP-IKIP
Yogyakarta, 1994
Tanlain,
Wens, dkk., Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Gramedia
Jakarta
Idris,
Zahara, Dasar-dasar Kependidikan, Angkasa,
Bandung, 1981
Hasan,
Chalidjah, Kajian perbandingan
Pendidikan, al-ikhlas Surabaya, 1995
Hidayanto,
Mengenal manusia dan pendidikan, Liberty,
Yogyakarta, 1988
12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar