Rabu, 25 April 2012

TAFSIR Surat AL – ‘ALAQ 1-5


TAFSIR Surat AL – ‘ALAQ 1-5
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Semester IV
Program Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah
Kelompok Kelas : IV D
Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi
Dosen
Umar Hashona, M. Pd.






Oleh
Eti Rismawati                                                             2104164
Much. Solehudin                                                         2103846
Muhammad Syaeful Abdulloh                                   2103958
Nasirotusyfa Elsa Hani’ah                                          . . . . . . .


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Tafsir AL-‘Alaq 1- 5” dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Umar Hashona, M.Pd. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi, dan semua pihak yangtelah membantu selesainya penyusunan makalah ini.
            Kami sadar bahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

..................,......April 2012

Penyusun


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ ......... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ......... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. ......... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ ......... 1
A.    Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B.     Perumusan Masalah ....................................................................................... ......... 1
C.     Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... ......... 2
A.    Surat Al-‘Alaq ayat 1-5................................................................................ ......... 2
B.     Kronologis turunnya surat Al-‘Alaq 1-5.................................................. ......... 2
C.     Tafsir surat Al-‘Alaq 1-5.............................................................................. ......... 4
D.    Keluhuran Manusia dan Kemuliaannya dengan Ilmu........................... ......... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................. ......... 10
A.    Kesimpulan.................................................................................................... ......... 10
B.     Kritik dan Saran............................................................................................. ......... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... ......... 11

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Qs. Al-‘Alaq 1-5 adalah Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan sekaligus sebagai proklamasi dan motivasi terhadap ilmu pengetahuan
[1]. Oleh karena itu, kita harus memberikan skala prioritas yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Tanpa itu, kita akan terus diatur, dijajah, dan didekte oleh bangsa lain yang lebih tinggi kemajuan ipteknya. Dengan kemajuan iptek kita dapat mensejahterakan kehidupan umat manusia, dan mengelola alam dengan baik.

B.     Perumusan Masalah

a.        Bagaimana terjemah surat Al-Alaq ayat 1-5?
b.        Bagaimana proses turunnya surat Al-Alaq ayat 1-5?
c.        Bagaimana tafsir surat Al-Alaq ayat 1-5?

C.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.       Supaya rekan-rekan mahasiswa mengetahui bagaimana kronologis turunnya wahyu pertama yaitu surat Al-‘Alaq 1-5.
b.      Supaya rekan-rekan mahasiswa mengetahui tafsir surat Al-‘Alaq 1-5 dan mengambil pelajaran dari makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Surat Al-‘Alaq ayat 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ  zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
B.     Kronologis turunnya surat Al’Alaq 1-5
Surat Al-’Alaq adalah surat (wahyu) pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasululllah Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril as.
Disebutkan dalam hadits – hadis shohih, bahwa nabi Muhammad S.A.W mendatangi gua hiro ( hiro adalah nama sebuah gunung di Mekkah ) untuk merenung selama beberapa malam. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah ra untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Suatu ketika datanglah wahyu kepada beliau secara tiba-tiba, sewaktu beliau masih berada di gua Hiro. Malaikat datang kepada beliau di gua itu, seraya berkata, “Bacalah!
Rasulullah SAW bersabda “Maka aku katakan, ‘Aku tidak bisa membacanya.’” Kemudian beliau bersabda, “dia menarikku lalu mendekapku sehingga aku kepayahan. Kemudian dia melepaskanku. Ia berkata, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Maka dia mendekapku lagi hingga aku kelelahan. Kemudian dia melepaskanku lagi. Lalu ia berkata, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Maka dia mendekapku lagi untuk ketiga kalinya hingga aku kelelahan. Kemudian dia melepaskanku lagi, lalu dia berkata
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ  zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Kemudian Nabi SAW pulang dalam keadaan menggigil, sampai masuk di rumah Khadijah ra. Lalu beliau berkata, “Selimuti aku! Selimuti aku!” Maka beliau diselimuti oleh Khadijah ra, hingga hilang rasa takutnya. Lalu beliau berkata, “Wahai Khadijah ra! Apa yang terjadi pada diriku?” Lalu beliau menceritakan semua kejadian yang baru dialaminya itu, dan beliau berkata, “Sesungguhnya aku khawatir sesuatu akan terjadi kepada diriku.”
Khadijah ra berkata, “Tidak usah takut, bergembiralah! Demi Allah, Allah SWT sama sekali tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menyambung tali silaturrahim, berbicara dengan jujur, memikul beban tanggung jawab, memuliakan tamu dan menolong sesama manusia demi menegakkan pilar kebenaran.”
Kemudian Khadijah ra mengajak beliau pergi untuk menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushay, yaitu anak paman Khadijah ra, saudara laki-laki ayahnya. Ia telah memeluk agama Nasrani pada masa jahiliyyah. Ia pandai menulis dalam bahasa Arab dan dia menulis Injil dengan bahasa Arab. Usianya telah lanjut dan matanya telah buta.
Lalu Khadijah ra berkata, “Wahai anak pamanku! Tolong dengarkanlah kabar dari anak saudaramu (Muhammad) ini!” Lalu Waraqah bertanya, “Wahai anak saudaraku! Apa yang telah terjadi atas dirimu?” Maka Rasulullah SAW menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Lalu Waraqah berkata, “Inilah Namus (Malaikay Jibril as) yang pernah diutus kepada Nabi Isa as. Seandainya pada saat itu umurku masih muda. Seandainya aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu..”
Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Maka Waraqah menjawab, “Ya, tidak ada seorang pun yang datang membawa apa yang engkau bawa kecuali dia pasti dimusuhi. Apabila aku mendapati hari itu, niscaya aku akan menolongmu dengan dukungan yang besar, sekuat tenaga.”
Tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara waktu sehingga Rasulullah SAW sering bersedih. Telah sampai kepada kami, beliau bersedih dengan kesedihan yang membuat beliau berkali-kali hendak menjatuhkan diri dari atas puncak gunung. Setiap kali beliau berada dipuncak gunung dengan maksud menjatuhkan diri, maka saat itu juga muncul malaikat Jibril as, lalu berkata, “Hai Muhammad! Sungguh, engkau benar-benar utusan Allah SWT[2].”
Maka tenanglah kegelisahan beliau dengan ucapan tersebut, dan jiwa beliau menjadi tenang, lalu beliau pulang. Namun apabila wahyu lama tidak turun kepada beliau, keesokan harinya beliau melakukan hal yang serupa. Apabila beliau berada dipuncak gunung, maka Jibril muncul dengan mengatakan ucapan yang serupa.
Ayat al-Quran yang pertama kali turun adalah ayat-ayat yang mulia dan penuh berkah ini. Ayat-ayat tersebut merupakan awal rahmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada para hamba-Nya, dan merupakan nikmat pertama yang diberikan oleh Allah kepada mereka.
C.     Tafsir surat Al’-Alaq 1-5
ù&tø%$#
Bacalah, dapat diartikan membaca, menghimpun, menelaah, mendalami, meneliti dan menyampaikan. yaitu Allah menjadikan engkau (Muhammad SAW) bisa membaca dengan kehendak-Nya yang tadinya engkau tidak bisa membaca[3]. Pakar tafsir yang lain membantah hal ini karena setelah menerima wahyu ini Muhammad SAW tetap tidak bisa membaca. Justru Beliau SAW tidak bisa membaca dan menulis adalah sebuah mu’jizat, karena dengan begitu orang tidak akan ragu mengakui bahwa Al-Qur’an adalah murni wahyu dari Allah SWT tanpa campur tangan Nabi Muhammad SAW.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu, Maknanya adalah lambang dari semua aktivitas manusia baik aktif maupun pasif senantiasa dalam koridor (selalu dihubungkan dengan) Allah SWT. Duduknya kita karena Allah, berjalannya kita karena Allah, bekerjanya kita karena Allah, tidurnya kita karena Allah[4]. Dan inilah yang seharusnya menjadi falsafah dalam hidup kita, bahwa semua yang kita lakukan hanyalah karena Allah.
       Rabb artinya adalah pemelihara. Wahyu pertama sampai wahyu ke delapan belas tidak pernah menggunakan kata Allah tapi menggunakan kata Robb. Surat ke sembilan belas (Al Ikhlas) baru ditemukan kata Allah untuk menjelaskan tuhan. Karena bahwa ternyata orang kafir zaman dulu sudah mengenal kata Allah[5]. Bukti tentang hal ini adalah Ayah Nabi Muhammad SAW sendiri bernama ‘Abdullah (hamba Allah), namun beliau sudah meninggal dunia sebelum Islam muncul. Namun Allah yang mereka kenal adalah tidak sesuai ajaran Al Qur’an. Menurut mereka Allah punya hubungan dengan jin (Ash Shofat:158) dan Allah punya anak-anak perempuan (Al Isro:40)
(#qè=yèy_ur ¼çmuZ÷t/ tû÷üt/ur Ïp¨YÅgø:$# $Y7|¡nS 4 ôs)s9ur ÏMyJÎ=tã èp¨YÅgø:$# öNåk¨XÎ) tbrçŽ|ØósßJs9 ÇÊÎÑÈ
158.  Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. dan Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka ),
ö/ä38xÿô¹r'sùr& Nà6š/u tûüÏYt7ø9$$Î/ xsƒªB$#ur z`ÏB Ïps3Í´¯»n=yJø9$# $·W»tRÎ) 4 ö/ä3¯RÎ) tbqä9qà)tGs9 »wöqs% $VJŠÏàtã ÇÍÉÈ
40.  Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya).
 t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã 
                Dia yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah”. Kholaqo menjadikan atau menciptakan. Allah menggunakan kata kholaqo karena menekankan kekuasaan dan keagungan Allah SWT dalam penciptaan. Berbeda dengan kata ja’ala yang digunakan untuk menekankan manfaat dari ciptaan Allah SWT[6]. Insana atau manusia. berasal dari 3 kata, nausun artinya dinamis, unsun artinya jinak dan harmonis, nisyun artinya lupa[7]. Oleh karena itu manusia haruslah dinamis, jinak, menyukai keharmonisan dan mempunyai sifat pelupa.
            Alaq segumpal darah. Kenapa Allah menggunakan periode ‘Alaq (segumpal darah) dalam pembentukan manusia pada ayat ini? Ahli kedokteran menyebutkan bahwa empat puluh hari pertama setelah pertemuan ovum dan sperma belum menjadi segumpal darah, oleh karena itu banyak yang membantah ‘alaq diartikan sebagai segumpal darah. al ‘alaq bisa diartikan menggantung[8], dan ternyata setelah diteliti diketahui bahwa setelah ovum dan sperma bertemu, akan menggantung di rahim. Urutan penciptaan manusia lebih jelas dapat dilihat dalam QS Mu’minun : 11-14.
 šúïÏ%©!$# tbqèO̍tƒ }¨÷ryŠöÏÿø9$# öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇÊÊÈ ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ
11.  (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.
12.  Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14.  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
            Iqro perintah tersebut disebutkan berulang-ulang di sebabkan karena membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan[9]. Iqro maknanya adalah bacalah dan karena engkau telah membaca, karena keagungan dan kemuliaan Allah maka engkau pun akan menjadi mulia[10]. Oleh karena itu Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Jikalau engkau ingin mulia maka banyaklah membaca dan meneliti.
            Di dalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang tertinggi kepada kepandaian membaca dan menulis. "Tidak didapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini di dalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang dan bahagiannya[11]. Dengan itu pula dibuka segala wahyu yang akan turun di selanjutnya.
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
            Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan baca tulis. Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya berjauhan. Dan ia tidak ubahnya lisan yang berbicara. Qalam atau pena adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh sebab itu zat yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi tidak ada kesulitan bagi-Nya. Disini Allah menyatakan bawa diri-Nyalah yang telah menciptakan manusia dari ‘alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu.
zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
            Kemudian dalam ayat ini Allah memberikan keterangan tentang limpahan karunia-Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikan Nabi-Nya pandai membaca. Dia-lah Tuhan yang mengajar menusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari binatang, sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa. Oleh sebab itu apakah menjadi suatu keanehan bahwa Dia mengajar Nabi-Nya pandai membaca dan mengetahui bermacam macam ilmu pengetahuan serta Nabi SAW sanggup menerimannya.
D.    Keluhuran Manusia dan Kemuliaannya dengan Ilmu
Dalam surat ini terdapat peringatan bahwa pada mulanya manusia diciptakan dari segumpal darah. Di antara karunia Allah SWT adalah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya., lalu Dia memuliakan dan mengangkat derajatnya dengan ilmu, dan itulah keistimewaan yang dimiliki oleh bapak manusia, yaitu Adam as, dibanding dengan para malaikat.
Terkadang ilmu itu terdapat pada akal pikiran, terkadang pada ucapan, dan terkadang terdapat pada tulisan tangan. Sehingga ada ilmu yang sifatnya akal pikiran, ucapan dan ada yang berupa tulisan. Di dalam tulisan terkandung unsur akal pikiran dan ucapan, tapi tidak berarti sebaliknya. Dalam sebuah kalimat hikmah disebutkan, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” Dan ada juga kalimat hikmah yang menyebutkan, “Siapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.
            Pada dua ayat pertama disuruh membaca di atas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung qudrat, hikmat, ilmu dan rahmat. Dan pada ayat yang seterusnya seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah suatu isyarat bahwa ada juga di antara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat difahamkan kalau tidak didengarkan dengan seksama[12]. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan di tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan siapa Tuhan itu tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan perantaraan Nubuwwat, dan nubuwwat itu sendiri pun tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan,
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Ayat ini menyatakan tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikata tidak karena qalam niscaya tidak banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara dengan baik. Banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang, pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni, dan penemuan-penemuan mereka. Manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena “iqra`” haruslah dengan “bismi rabbika”, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam. Demikian pulan dengan pena tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan yang menjadi pelita bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Ayat ini juga menjadikan bukti kekuasaan Allah yang menjadikan manusia dari benda mati yang tidak berbentuk dan berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang sangat berguna dengan mengajarinya pandai membaca dan menulis.

B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang Tafsir Surat Al-‘Alaq 1-5, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, atas kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf, selanjutnya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.







DAFTAR PUSTAKA
1.      Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1993, Tafsir Al-Maraghi Juz XXX, terjemah oleh Bahrun Abu Bakar Lc, Semarang: CV. TOHA PUTRA.
2.      Al-‘Aliyy, 2001, Al–Qur’an dan Terjemahnya, terjemah oleh yayasan penyelenggaraan penafsiran Al Qur’an, Bandung: CV. DIPONEGORO.
3.      Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, penerbit PT. PUSTAKA PANJIMAS, JAKARTA
4.      Tafsir diambil dari kitab tafsir karangan Imam Ibnu Katsir

















[1] Mufasirin
[2] Ahmad, VI/232.No25959 dan Shahih al-Bukhori dan Shahih Muslim dari hadist az-Zuhri (Fat hul Baari, XII/368 dan Muslim, I/139.
[3] Mustafa Al Maraghi
[4] Syekh Al Azhar bernama Abdul Halim Mahmud dalam bukunya berjudul Al-Qur’an fii Syahril
[5] Mufasirin
[6] Mufasirin
[7] Quraish shihab
[8] Quraish shihab
[9] al-Maraghi
[10] Quraish Shihab
[11] Syaikh Muhammad Abduh
[12] Ar-Razi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar