TAFSIR
Surat AL – ‘ALAQ 1-5
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Terstruktur Semester IV
Program Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah
Kelompok Kelas : IV D
Mata
Kuliah: Tafsir Tarbawi
Dosen
Umar Hashona, M. Pd.
Oleh
Eti Rismawati 2104164
Much. Solehudin 2103846
Muhammad Syaeful Abdulloh 2103958
Nasirotusyfa Elsa Hani’ah . . . .
. . .
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Tafsir AL-‘Alaq 1- 5” dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Umar Hashona, M.Pd. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi, dan semua pihak yangtelah membantu selesainya
penyusunan makalah ini.
Kami sadar bahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan
dan kehilafan. Oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
..................,......April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ ......... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ......... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. ......... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ ......... 1
A.
Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B.
Perumusan Masalah ....................................................................................... ......... 1
C.
Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... ......... 2
A. Surat Al-‘Alaq ayat 1-5................................................................................ ......... 2
B. Kronologis turunnya surat
Al-‘Alaq 1-5.................................................. ......... 2
C.
Tafsir surat Al-‘Alaq 1-5.............................................................................. ......... 4
D.
Keluhuran
Manusia dan Kemuliaannya dengan Ilmu........................... ......... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................. ......... 10
A.
Kesimpulan.................................................................................................... ......... 10
B.
Kritik dan Saran............................................................................................. ......... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... ......... 11
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qs. Al-‘Alaq 1-5 adalah Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan sekaligus sebagai proklamasi dan motivasi terhadap ilmu pengetahuan[1]. Oleh karena itu, kita harus memberikan skala prioritas yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Tanpa itu, kita akan terus diatur, dijajah, dan didekte oleh bangsa lain yang lebih tinggi kemajuan ipteknya. Dengan kemajuan iptek kita dapat mensejahterakan kehidupan umat manusia, dan mengelola alam dengan baik.
B. Perumusan Masalah
a.
Bagaimana
terjemah surat Al-‘Alaq
ayat 1-5?
b.
Bagaimana
proses turunnya surat Al-‘Alaq
ayat 1-5?
c.
Bagaimana
tafsir surat Al-‘Alaq
ayat 1-5?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.
Supaya rekan-rekan
mahasiswa mengetahui bagaimana kronologis turunnya wahyu pertama yaitu surat
Al-‘Alaq 1-5.
b.
Supaya rekan-rekan
mahasiswa mengetahui tafsir surat Al-‘Alaq 1-5 dan mengambil pelajaran dari
makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Surat Al-‘Alaq ayat 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya:
1. Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
B.
Kronologis turunnya surat Al’Alaq 1-5
Surat
Al-’Alaq adalah surat (wahyu) pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasululllah Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril as.
Disebutkan dalam hadits – hadis shohih, bahwa nabi
Muhammad S.A.W mendatangi gua hiro ( hiro adalah nama sebuah gunung di Mekkah )
untuk merenung selama beberapa malam. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya.
Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah ra untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Suatu ketika datanglah wahyu kepada beliau
secara tiba-tiba, sewaktu beliau masih berada di gua Hiro. Malaikat datang kepada beliau di gua itu,
seraya berkata, “Bacalah!”
Rasulullah
SAW bersabda “Maka aku katakan, ‘Aku tidak bisa membacanya.’” Kemudian beliau
bersabda, “dia
menarikku lalu mendekapku sehingga aku kepayahan. Kemudian dia melepaskanku. Ia
berkata, “Bacalah!”
Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Maka dia mendekapku lagi hingga aku
kelelahan. Kemudian dia melepaskanku lagi. Lalu ia berkata, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa
membaca.” Maka dia mendekapku lagi untuk ketiga kalinya hingga aku kelelahan.
Kemudian dia melepaskanku lagi, lalu dia berkata
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Kemudian
Nabi SAW pulang dalam keadaan menggigil, sampai masuk di rumah Khadijah ra. Lalu beliau berkata, “Selimuti aku! Selimuti
aku!” Maka beliau diselimuti oleh Khadijah ra, hingga
hilang rasa takutnya. Lalu beliau berkata, “Wahai Khadijah ra! Apa yang terjadi pada diriku?” Lalu beliau menceritakan
semua kejadian yang baru dialaminya itu, dan beliau berkata, “Sesungguhnya aku
khawatir sesuatu akan terjadi kepada diriku.”
Khadijah ra berkata, “Tidak usah takut, bergembiralah!
Demi Allah, Allah SWT
sama sekali tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menyambung tali
silaturrahim, berbicara dengan jujur, memikul beban tanggung jawab, memuliakan tamu dan menolong
sesama manusia demi menegakkan pilar kebenaran.”
Kemudian
Khadijah ra mengajak beliau pergi untuk menemui Waraqah
bin Naufal bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushay, yaitu anak paman Khadijah ra, saudara laki-laki ayahnya. Ia telah memeluk
agama Nasrani pada masa jahiliyyah. Ia pandai menulis dalam bahasa Arab dan dia
menulis Injil dengan bahasa Arab. Usianya telah lanjut dan matanya telah buta.
Lalu
Khadijah ra berkata, “Wahai anak pamanku! Tolong
dengarkanlah kabar dari anak saudaramu (Muhammad) ini!” Lalu Waraqah bertanya,
“Wahai anak saudaraku! Apa yang telah terjadi atas dirimu?” Maka Rasulullah SAW
menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Lalu Waraqah
berkata, “Inilah Namus (Malaikay Jibril as) yang
pernah diutus kepada Nabi Isa as. Seandainya pada saat itu umurku masih muda.
Seandainya aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu..”
Lalu
Rasulullah SAW bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Maka Waraqah menjawab,
“Ya, tidak ada seorang pun yang datang membawa apa yang engkau bawa kecuali dia
pasti dimusuhi. Apabila aku mendapati hari itu, niscaya aku akan menolongmu
dengan dukungan yang besar, sekuat tenaga.”
Tidak
lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara
waktu sehingga Rasulullah SAW sering bersedih. Telah sampai kepada kami, beliau
bersedih dengan kesedihan yang membuat beliau berkali-kali hendak menjatuhkan
diri dari atas puncak gunung. Setiap kali beliau berada dipuncak gunung dengan
maksud menjatuhkan diri, maka saat itu juga muncul malaikat Jibril as, lalu berkata, “Hai Muhammad! Sungguh, engkau
benar-benar utusan Allah SWT[2].”
Maka
tenanglah kegelisahan beliau dengan ucapan tersebut, dan jiwa beliau menjadi
tenang, lalu beliau pulang. Namun apabila wahyu lama tidak turun kepada beliau,
keesokan harinya beliau melakukan hal yang serupa. Apabila beliau berada
dipuncak gunung, maka Jibril muncul dengan mengatakan ucapan yang serupa.
Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah ayat-ayat
yang mulia dan penuh berkah ini. Ayat-ayat tersebut merupakan awal rahmat yang
dianugerahkan oleh Allah kepada
para hamba-Nya, dan merupakan nikmat pertama yang diberikan oleh Allah kepada mereka.
C. Tafsir surat Al’-Alaq 1-5
ù&tø%$#
Bacalah, dapat diartikan
membaca, menghimpun, menelaah, mendalami, meneliti dan menyampaikan. yaitu Allah menjadikan engkau (Muhammad SAW)
bisa membaca dengan kehendak-Nya yang
tadinya engkau tidak bisa membaca[3].
Pakar tafsir yang lain membantah hal ini karena setelah menerima wahyu ini
Muhammad SAW tetap tidak bisa membaca. Justru Beliau SAW tidak bisa membaca dan
menulis adalah sebuah mu’jizat, karena dengan begitu orang tidak akan ragu
mengakui bahwa Al-Qur’an adalah murni wahyu dari Allah SWT tanpa campur tangan Nabi Muhammad SAW.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu, Maknanya adalah lambang dari semua aktivitas manusia
baik aktif maupun pasif senantiasa dalam koridor (selalu dihubungkan dengan)
Allah SWT. Duduknya kita karena Allah, berjalannya kita karena Allah,
bekerjanya kita karena Allah, tidurnya kita karena Allah[4]. Dan inilah yang seharusnya menjadi falsafah dalam hidup
kita, bahwa semua yang kita lakukan hanyalah karena Allah.
Rabb artinya adalah pemelihara. Wahyu
pertama sampai wahyu ke delapan belas tidak pernah menggunakan kata Allah tapi
menggunakan kata Robb. Surat ke sembilan belas (Al Ikhlas) baru ditemukan kata
Allah untuk menjelaskan tuhan. Karena bahwa
ternyata orang kafir zaman dulu sudah mengenal kata Allah[5].
Bukti tentang hal ini adalah Ayah Nabi Muhammad SAW sendiri bernama ‘Abdullah
(hamba Allah), namun beliau sudah meninggal dunia sebelum Islam muncul. Namun
Allah yang mereka kenal adalah tidak sesuai ajaran Al Qur’an. Menurut mereka
Allah punya hubungan dengan jin (Ash Shofat:158) dan Allah punya anak-anak perempuan (Al
Isro:40)
(#qè=yèy_ur ¼çmuZ÷t/ tû÷üt/ur Ïp¨YÅgø:$# $Y7|¡nS 4 ôs)s9ur ÏMyJÎ=tã èp¨YÅgø:$# öNåk¨XÎ) tbrç|ØósßJs9 ÇÊÎÑÈ
158. Dan mereka adakan (hubungan)
nasab antara Allah dan antara jin. dan Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka
benar-benar akan diseret (ke neraka ),
ö/ä38xÿô¹r'sùr& Nà6/u tûüÏYt7ø9$$Î/ xsªB$#ur z`ÏB Ïps3Í´¯»n=yJø9$# $·W»tRÎ) 4 ö/ä3¯RÎ) tbqä9qà)tGs9 »wöqs% $VJÏàtã ÇÍÉÈ
40. Maka apakah patut
Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang dia sendiri mengambil
anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar
mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya).
t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã
Dia yang
telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
Kholaqo menjadikan atau menciptakan. Allah
menggunakan kata kholaqo karena menekankan kekuasaan dan keagungan Allah SWT
dalam penciptaan. Berbeda dengan kata ja’ala yang digunakan untuk menekankan
manfaat dari ciptaan Allah SWT[6]. Insana atau
manusia. berasal dari 3 kata, nausun artinya dinamis, unsun artinya jinak dan
harmonis, nisyun artinya lupa[7].
Oleh karena itu manusia haruslah dinamis, jinak, menyukai keharmonisan dan
mempunyai sifat pelupa.
Alaq segumpal
darah. Kenapa Allah menggunakan periode ‘Alaq (segumpal darah) dalam
pembentukan manusia pada ayat ini? Ahli kedokteran menyebutkan bahwa empat
puluh hari pertama setelah pertemuan ovum dan sperma belum menjadi segumpal
darah, oleh karena itu banyak yang membantah ‘alaq diartikan sebagai segumpal
darah. al ‘alaq bisa diartikan menggantung[8],
dan ternyata setelah diteliti diketahui bahwa setelah ovum dan sperma bertemu,
akan menggantung di rahim. Urutan penciptaan manusia lebih jelas dapat dilihat
dalam QS Mu’minun : 11-14.
úïÏ%©!$# tbqèOÌt }¨÷ryöÏÿø9$# öNèd $pkÏù tbrà$Î#»yz ÇÊÊÈ ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
11. (yakni) yang akan
mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.
12. Dan Sesungguhnya
kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air
mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.
Iqro
perintah tersebut disebutkan berulang-ulang di sebabkan karena membaca tidak
akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan
dibiasakan[9]. Iqro maknanya adalah bacalah dan karena engkau telah
membaca, karena keagungan dan kemuliaan Allah maka engkau pun akan menjadi
mulia[10]. Oleh karena itu Allah akan mengangkat derajat
orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Jikalau engkau ingin mulia
maka banyaklah membaca dan meneliti.
Di dalam
ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang tertinggi kepada kepandaian
membaca dan menulis. "Tidak didapat kata-kata yang lebih mendalam dan
alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini di dalam menyatakan kepentingan
membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang dan bahagiannya[11]. Dengan itu pula dibuka
segala wahyu yang akan turun di selanjutnya.
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
Maksudnya:
Allah mengajar manusia dengan perantaraan baca tulis. Yang
menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun
letaknya berjauhan. Dan ia tidak ubahnya lisan yang berbicara. Qalam atau pena
adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh sebab itu zat
yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi tidak ada kesulitan
bagi-Nya. Disini
Allah menyatakan bawa diri-Nyalah yang telah menciptakan manusia dari ‘alaq,
kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar manusia
menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia
mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu.
zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kemudian
dalam ayat ini Allah memberikan keterangan tentang limpahan karunia-Nya yang
tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikan Nabi-Nya pandai
membaca. Dia-lah Tuhan yang mengajar menusia bermacam-macam ilmu pengetahuan
yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari binatang,
sedangkan manusia pada permulaan hidupnya
tidak mengetahui apa-apa. Oleh sebab itu apakah menjadi suatu keanehan bahwa
Dia mengajar Nabi-Nya pandai membaca dan mengetahui bermacam macam ilmu
pengetahuan serta Nabi SAW sanggup menerimannya.
D.
Keluhuran Manusia dan Kemuliaannya dengan Ilmu
Dalam surat ini terdapat peringatan bahwa pada
mulanya manusia diciptakan dari segumpal darah. Di antara karunia Allah SWT adalah mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya., lalu Dia memuliakan dan mengangkat derajatnya dengan ilmu, dan
itulah keistimewaan yang dimiliki oleh bapak manusia, yaitu Adam as, dibanding dengan para malaikat.
Terkadang ilmu itu terdapat pada akal pikiran,
terkadang pada ucapan, dan terkadang terdapat pada tulisan tangan. Sehingga ada
ilmu yang sifatnya akal pikiran, ucapan dan ada yang berupa tulisan. Di dalam
tulisan terkandung unsur akal pikiran dan ucapan, tapi tidak berarti
sebaliknya. Dalam sebuah kalimat
hikmah disebutkan, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” Dan ada juga kalimat hikmah
yang menyebutkan, “Siapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui, maka Allah akan
mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.
Pada dua
ayat pertama disuruh membaca di atas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah
mengandung qudrat, hikmat, ilmu dan rahmat. Dan pada ayat yang seterusnya
seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah suatu
isyarat bahwa ada juga di antara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat
difahamkan kalau tidak didengarkan dengan seksama[12].
Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan.
Dan di tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan siapa
Tuhan itu tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan perantaraan Nubuwwat, dan
nubuwwat itu sendiri pun tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ayat ini
menyatakan tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan.
Andaikata tidak karena qalam niscaya tidak banyak ilmu pengetahuan yang tidak
terpelihara dengan baik. Banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak
ajaran agama hilang, pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh
orang-orang sekarang baik ilmu, seni, dan penemuan-penemuan mereka. Manusia telah diperintahkan untuk membaca guna
memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu
tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena “iqra`” haruslah dengan “bismi
rabbika”, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah
Islam. Demikian
pulan dengan pena tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik
atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan yang menjadi pelita
bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Ayat ini juga menjadikan bukti
kekuasaan Allah yang menjadikan manusia dari benda mati yang tidak berbentuk
dan berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang sangat berguna dengan
mengajarinya pandai membaca dan menulis.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang Tafsir Surat Al-‘Alaq 1-5, semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua, atas kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf, selanjutnya
kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca yang budiman sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ahmad
Mustafa Al-Maraghi, 1993, Tafsir Al-Maraghi Juz XXX, terjemah oleh
Bahrun Abu Bakar Lc,
Semarang: CV. TOHA
PUTRA.
2.
Al-‘Aliyy, 2001, Al–Qur’an
dan Terjemahnya, terjemah oleh yayasan penyelenggaraan penafsiran Al
Qur’an, Bandung: CV. DIPONEGORO.
3.
Prof. Dr. Hamka, Tafsir
Al-Azhar, penerbit PT. PUSTAKA PANJIMAS, JAKARTA
4.
Tafsir
diambil dari kitab tafsir karangan Imam Ibnu Katsir
[2] Ahmad, VI/232.No25959 dan Shahih al-Bukhori dan
Shahih Muslim dari hadist az-Zuhri (Fat hul Baari, XII/368 dan Muslim, I/139.
[5] Mufasirin
[6] Mufasirin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar